AKHLAK
(BUDI PEKERTI)
1AKHLAK DAN IKHSAN
a. Akhlak
Akhlak, secara bahasa
berasal dari kata خلق yang artinya perangkai, taibat, adat atau khaiqun yang berarti
kejadian, buatan dan ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai,
adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. Orang yang berakhlak berarti
orang yang berakhlak baik.
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(Q.S Al-Qalam : 4)
Akhlak
atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat
pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud.
Akhlak atau sistem perilaku dapat dididikkan atau diteruskan melalui
sekurang-kurangnya dua pendekatak, yaitu:
1)
Rangsangan-jawaban
atau yang disebut proses mengkondisi dilakukan dengan cara melalui latihan,
tanya jawab, dan mencotoh.
2)
Kognitif yaitu
penyampaian informasi secara teoritis yang dilakukan melalui da’wah, ceramah,
diskusi dan lain-lain.
Jadi, akhlak yang baik
itu ialah pola perilaku yang dilandaskan pada dan memanufestasikan nilai-nilai
iman, islam dan ihsan.
Ihsan berarti berbuat
baik. Dalam Al-Quranul Karim kata-kata ihsan antara lain untuk
perbuatan-perbuatan :
1)
Berinfaq,
menguasai kemarahan, dan memaafkan manusia.
2)
Sabar
3)
Jihad
4)
Taqwa
Jadi akhlak yang berkualitas ihsan adalah akhlakul karimah,
dan orang yang melakukan akhlakul karimah disebut muhsin.
b.
Perbedaan
akhlak dengan Etika
Etika
adalah sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok orang yang tersusun
dari sistem nilai atau norma yang diambil dari gejala-gejala alamiah masyarakat
kelompoktersebut. Bahwa sistem etika, dapat bersifat bebas nilai (value free)
khususnya nilai sakral dan leh karena itu sistem etika seperti ini sama sekali
tidak ada hubungannya dengan hablum minallah.
2NILAI
DAN NORMA
a. Pengertian Nilai dan Norma
Nilai
adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu
identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan,
keterikatan maupun perilaku.
Sistem nilai adalah
merupakan ketentuan umum yang merupakan pendekatan kepada hakikat filosofi dari
ketiga hal (keyakinan, sentimen, dan identitas). Sistem nilai ada yang bersifat
ilahi dan normative dan yang bersifat mondial.
b. Sumber Nilai dan Norma
Sumber nilai dan norma
dapat disimpulkan :
1)
Nilai yang ilahi : Al-Quran dan Sunnah.
2)
Nilai yang
mondial : ra’yu, adat-adat dan
kenyataan alam.
c.
Pengaruh
Terhadap Tingkah Laku
Pengaruh sistem nilai
dan norma kepada perilaku sangat tergantung kepada :
1)
Keyakinan yang
menyeluruh terhadap sistem nilai dan norma.
2)
Daya serap dari
individu dan masyarakat dalam penggunaan sistem nilai dan norma.
3)
Ada atau tidak
adanya pengaruh interdependensi dan sistem nilai dan norma yang lain.
4)
Kondisi
fisiologis seseorang.
5)
Kondisi
psikologis.
6)
Kondisi fisik.
7)
Halangan karena
tidur.
AKHLAKUL
KARIMAH (AKHLAK MULIA)
contoh-contoh akhlakul
karimah.
1)
Akhlak yang
berhubungan dengan Allah :
a) Mentauhidkan
Allah
b) Taqwa
c) Berdoa
d) Dzikrullah
e) Tawakkal
2)
Akhlak diri
sendiri
a) Sabar
b) Syukur
c) Tawadhu’
d) Benar
e) Iffah
f) Hilmun
g) Amanah
h) Syaja’ah
i)
Kana’ah
3)
Akhlak terhadap
keluarga
a) Birrul
walidain
b) Adil
terhadap saudara
c) Membina
dan mendidik keluarga
d) Memelihara
keturunan
4)
Akhlak terhadap
masyarakat
a) Ukhuwah
atau persaudaraan
b) Ta’awun
atau tolong-menolong
c) Adil
d) Pemurah
e) Penyantun
f) Pemaaf
g) Menepati
janji
h) Musyawarah
i)
Wasiat di dalam
kebenaran
5)
Akhlak terhadap
alam
a) Memperhatikan
dan merenungkan penciptaan alam
b) Memanfaatkan
alam
Istighfar
dan Taubat
Seseorang
dinilai berdosa adalah karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya,
seperti pelanggaran tarhadap akhlaqul karimah. Bentuk pelaksanaan untuk
menghapuskan dosa, antara lain dengan jalan :
Ø Untuk
mengahpuskan dosa yang berhubungan langsung dengan Allah SWT dan dipandang
sebagai dosa besar yaitu dengan cara istighfar artinya ingat dan mohon ampun
kepada Allah.
Ø Untuk
menghapuskan dosa besar yang berhubungan langsung dengan Allah SWT yaitu dengan
taubat. Yang dimaksud dengan dosa besar adalah setiap perbuatan yang dilarang
secara tegas oleh Allah dengan diberikan ancaman-ancaman siksaan atau
sanksi-sanksi pidana yang mesti dilakukan di dunia
seperti :
v Syirik
v Menyakiti
orang tua
v Zina
v Murtad
Ø Untuk
menghapuskan dosa-dosa yang ada kaitannya dengan manusia lain yaitu dengan cara
ishlah atau perdamaian dengan manusia yang dirugikan.
Ø Untuk
menghilangkan dosa besar tertentu yang dituntut untuk melakukan kifarat di
samping taubat atau mengganti, yaitu seperti :
v Bersetubuh
waktu siang hari pada bulan Ramadhan.
v Membunuh
v Sumpah
palsu
v Mengharamkan
istri dan menyamakan dengan ibu sendiri.
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang
dua buah hati dalam rongganya; dan dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu
zhihar itu sebagai ibumu, dan dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai
anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu
saja. dan Allah mengatakan yang Sebenarnya dan dia menunjukkan jalan (yang
benar).”(Q.S. Al-Ahzab : 4)
Pelaksanaan
taubat yang baik ialah memohon ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh dengan
syarat telah benar-benar berhenti dari dosa tersebut, menyesal atas perbuatan dosa
dan berjanji tidak akan mengulanginya. Taubat yang demikian disebut taubat
nasuha.
Nafsu
Muthmainnah artinya jiwa yang tenang. Sikap jiwa yang tenang merupakan
pencerminan dari sikap pribadi seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku dan
perbuatannya sehari-hari.
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah
ke dalam syurga-Ku.”(Q.S. Al-Fajr : 27-30)
Keimanan
itu dalam perjalanan hidup manusia dapat bertambah dan berkurang, disebabkan
oleh pengaruh yang dating dari dalam dan luar dirinya. Manusia dapat mencapai
tingkat/martabat hidup yang tinggi sebagai insan kamil atau sebagai mu’min yang
sempurna, muslim yang sejati, muttaqin dan nafsu muthmainnah atau sebaliknya
meluncur kepada derajat yang paling rendah ialah martabat hewan.
“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya.”(Q.S. At-Tiin : 4-6)
Derajat
iman seseorang adalah tingkatan iman yang menunjukkan kebaikan atau perilaku
seseorangyang dapat dilihat pada indicator-indikator sebagai berikut :
kecintaan terhadap perbuatan baik dan ketidak senangan untuk berbuat buruk.
Beberapa
indikator orang-orang yang mempunyai derajat iman yang tinggi, adalah sebagai
berikut :
Ø Istiqamah
Ø Senang
berbuat baik
Ø Memenuhi
amanat dan adil
Ø Berat
hati bila orang susah dan kasih akan orang mukmin
Ø Kreatif
dan tawakkal
Ø Competitive
Ø Aesthetik,
proposional
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
(Al-A’raf : 31)
Ø Proposional,
harmonis
Ø Disiplin
waktu
“
Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”(Q.S. Al-‘Ashr ;1-3)
Ø Produktif
Ø Persistent
Cara-cara peningkatan akhlak
Ø Dengan
melaksanakan ibadah khusus
Ø Dzikir
Ø Tafakur
Ø Membiasakan
diri untuk melaksanakan kebaikan dan menjauhkan kemungkaran.
Ø Berakhlak
sebagaimana akhlak Allah
Ø Berdoa
“
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(Al-A’raf :
55)