Rabu, 14 Desember 2011

AKHLAK (BUDI PEKERTI)


AKHLAK (BUDI PEKERTI)


1AKHLAK DAN IKHSAN
a.      Akhlak
Akhlak, secara bahasa berasal dari kata خلق yang artinya perangkai, taibat, adat atau khaiqun yang berarti kejadian, buatan dan ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. Orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.

 “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(Q.S Al-Qalam : 4)
Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Akhlak atau sistem perilaku dapat dididikkan atau diteruskan melalui sekurang-kurangnya dua pendekatak, yaitu:
1)      Rangsangan-jawaban atau yang disebut proses mengkondisi dilakukan dengan cara melalui latihan, tanya jawab, dan mencotoh.
2)      Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dilakukan melalui da’wah, ceramah, diskusi dan lain-lain.
Jadi, akhlak yang baik itu ialah pola perilaku yang dilandaskan pada dan memanufestasikan nilai-nilai iman, islam dan ihsan.
Ihsan berarti berbuat baik. Dalam Al-Quranul Karim kata-kata ihsan antara lain untuk perbuatan-perbuatan :
1)      Berinfaq, menguasai kemarahan, dan memaafkan manusia.
2)      Sabar
3)      Jihad
4)      Taqwa
Jadi akhlak yang  berkualitas ihsan adalah akhlakul karimah, dan orang yang melakukan akhlakul karimah disebut muhsin.

b.      Perbedaan akhlak dengan Etika
Etika adalah sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok orang yang tersusun dari sistem nilai atau norma yang diambil dari gejala-gejala alamiah masyarakat kelompoktersebut. Bahwa sistem etika, dapat bersifat bebas nilai (value free) khususnya nilai sakral dan leh karena itu sistem etika seperti ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan hablum minallah.

2NILAI DAN NORMA
a.      Pengertian Nilai dan Norma
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku.
Sistem nilai adalah merupakan ketentuan umum yang merupakan pendekatan kepada hakikat filosofi dari ketiga hal (keyakinan, sentimen, dan identitas). Sistem nilai ada yang bersifat ilahi dan normative dan yang bersifat mondial.

b.      Sumber Nilai dan Norma
Sumber nilai dan norma dapat disimpulkan :
1)      Nilai yang ilahi            : Al-Quran dan Sunnah.
2)      Nilai yang mondial      : ra’yu, adat-adat dan kenyataan alam.

c.       Pengaruh Terhadap Tingkah Laku
Pengaruh sistem nilai dan norma kepada perilaku sangat tergantung kepada :
1)      Keyakinan yang menyeluruh terhadap sistem nilai dan norma.
2)      Daya serap dari individu dan masyarakat dalam penggunaan sistem nilai dan norma.
3)      Ada atau tidak adanya pengaruh interdependensi dan sistem nilai dan norma yang lain.
4)      Kondisi fisiologis seseorang.
5)      Kondisi psikologis.
6)      Kondisi fisik.
7)      Halangan karena tidur.

   AKHLAKUL KARIMAH (AKHLAK MULIA)
contoh-contoh akhlakul karimah.
1)      Akhlak yang berhubungan dengan Allah :
a)      Mentauhidkan Allah
b)      Taqwa
c)      Berdoa
d)     Dzikrullah
e)      Tawakkal
2)      Akhlak diri sendiri
a)      Sabar
b)      Syukur
c)      Tawadhu’
d)     Benar
e)      Iffah
f)       Hilmun
g)      Amanah
h)      Syaja’ah
i)        Kana’ah
3)      Akhlak terhadap keluarga
a)      Birrul walidain
b)      Adil terhadap saudara
c)      Membina dan mendidik keluarga
d)     Memelihara keturunan
4)      Akhlak terhadap masyarakat
a)      Ukhuwah atau persaudaraan
b)      Ta’awun atau tolong-menolong
c)      Adil
d)     Pemurah
e)      Penyantun
f)       Pemaaf
g)      Menepati janji
h)      Musyawarah
i)        Wasiat di dalam kebenaran
5)      Akhlak terhadap alam
a)      Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam
b)      Memanfaatkan alam

Istighfar dan Taubat
Seseorang dinilai berdosa adalah karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya, seperti pelanggaran tarhadap akhlaqul karimah. Bentuk pelaksanaan untuk menghapuskan dosa, antara lain dengan jalan :
Ø  Untuk mengahpuskan dosa yang berhubungan langsung dengan Allah SWT dan dipandang sebagai dosa besar yaitu dengan cara istighfar artinya ingat dan mohon ampun kepada Allah.
Ø  Untuk menghapuskan dosa besar yang berhubungan langsung dengan Allah SWT yaitu dengan taubat. Yang dimaksud dengan dosa besar adalah setiap perbuatan yang dilarang secara tegas oleh Allah dengan diberikan ancaman-ancaman siksaan atau sanksi-sanksi pidana yang mesti dilakukan di dunia
seperti :

v  Syirik
v  Menyakiti orang tua
v  Zina
v  Murtad
Ø  Untuk menghapuskan dosa-dosa yang ada kaitannya dengan manusia lain yaitu dengan cara ishlah atau perdamaian dengan manusia yang dirugikan.
Ø  Untuk menghilangkan dosa besar tertentu yang dituntut untuk melakukan kifarat di samping taubat atau mengganti, yaitu seperti :
v  Bersetubuh waktu siang hari pada bulan Ramadhan.
v  Membunuh
v  Sumpah palsu
v  Mengharamkan istri dan menyamakan dengan ibu sendiri.

 “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang Sebenarnya dan dia menunjukkan jalan (yang benar).”(Q.S. Al-Ahzab : 4)

Pelaksanaan taubat yang baik ialah memohon ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh dengan syarat telah benar-benar berhenti dari dosa tersebut, menyesal atas perbuatan dosa dan berjanji tidak akan mengulanginya. Taubat yang demikian disebut taubat nasuha.
Nafsu Muthmainnah artinya jiwa yang tenang. Sikap jiwa yang tenang merupakan pencerminan dari sikap pribadi seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatannya sehari-hari.

 “Hai jiwa yang tenang.  Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku.”(Q.S. Al-Fajr : 27-30)

Keimanan itu dalam perjalanan hidup manusia dapat bertambah dan berkurang, disebabkan oleh pengaruh yang dating dari dalam dan luar dirinya. Manusia dapat mencapai tingkat/martabat hidup yang tinggi sebagai insan kamil atau sebagai mu’min yang sempurna, muslim yang sejati, muttaqin dan nafsu muthmainnah atau sebaliknya meluncur kepada derajat yang paling rendah ialah martabat hewan.

 “ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .  Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”(Q.S. At-Tiin : 4-6)

Derajat iman seseorang adalah tingkatan iman yang menunjukkan kebaikan atau perilaku seseorangyang dapat dilihat pada indicator-indikator sebagai berikut : kecintaan terhadap perbuatan baik dan ketidak senangan untuk berbuat buruk.
Beberapa indikator orang-orang yang mempunyai derajat iman yang tinggi, adalah sebagai berikut :
Ø  Istiqamah
Ø  Senang berbuat baik
Ø  Memenuhi amanat dan adil
Ø  Berat hati bila orang susah dan kasih akan orang mukmin
Ø  Kreatif dan tawakkal
Ø  Competitive
Ø  Aesthetik, proposional

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al-A’raf : 31)

Ø  Proposional, harmonis
Ø  Disiplin waktu

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(Q.S. Al-Ashr ;1-3)

Ø  Produktif
Ø  Persistent
Cara-cara peningkatan akhlak
Ø  Dengan melaksanakan ibadah khusus
Ø  Dzikir
Ø  Tafakur
Ø  Membiasakan diri untuk melaksanakan kebaikan dan menjauhkan kemungkaran.
Ø  Berakhlak sebagaimana akhlak Allah
Ø  Berdoa

“ Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(Al-A’raf : 55)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar