1.
Henry Assail
Menurut Assael ada tiga faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian
yaitu konsumen individu, lingkungan dan penerapan strategi pemasaran.
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Konsumen
lapangan
Pada Gambar 1 di atas dijelaskan bahwa terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen
dalam membeli barang/jasa yaitu (1) Konsumen indi-
vidual, (2) lingkungan dan (3) penerapan strategi pemasaran. Faktor pertama
konsumen individual artinya bahwa pilihan untuk membeli barang/jasa dipengaruhi
oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen seperti kebutuhan, persepsi, sikap,
kondisi geografis, gaya hidup dan karakteristik kepribadian individu.
Faktor kedua, yaitu lingkungan artinya bahwa pilihan konsumen terhadap
barang/jasa dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya. Ketika konsumen
membeli barang/jasa mereka didasari oleh banyak pertimbangan misalnya karena
meniru temannya, karena tetangganya telah membeli lebih dulu, dan sebagainya.
Dengan demikian, interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang akan turut
mempengaruhi pilihan produk yang akan dibeli.
Faktor ketiga, yaitu penerapan strategi pemasaran ini merupakan stimuli
pemasaran yang dikendalikan oleh pemasar/pelaku bisnis. Dalam hal ini pemasar
berusaha mempengaruhi konsumen dengan menggunakan stimuli pemasaran seperti
iklan, dan sejenisnya agar konsumen bersedia memilih produk yang ditawarkan.
Strategi pemasaran yang lazim dikembangkan oleh pemasar biasanya berhubungan
dengan produk yang ditawarkan, harga jual produknya, strategi pemasaran yang dilakukan dan dan bagaimana pemasar melakukan distribusi produk kepada konsumen.
Strategi pemasaran tersebut biasa disebut bauran pemasaran (Marketing Mix). Marketing mix adalah elemen pengendalian organisasi yang dapat memberikan
kepuasan atau sebagai sarana komunikasi dengan konsumen. Marketing Mix
tradisional terdiri dari 4P yaitu product, price, place dan
promotion. Bila strategi marketing mix
ini diaplikasikan ke bidang jasa, maka
perlu mengalami beberapa modifikasi. Oleh karena karakteristik jasa biasanya diproduksi dan dikonsumsi secara simultan (bersama-sama), maka konsumen sering bertanya langsung kepada perusahaan
tentang proses pemberian jasa tersebut.
2.
Kottler
Kotler (1997) mengemukakan model
perilaku konsumen sebagaimana
Gambar di bawah :
PEMASARAN
LAIN
TERISTIK KEPUTUSAN PEMBELI
PEMBELI PEMBELIAN
Produk ekonomi budaya pengenalan pilihan produk
Promosi budaya psikologis pencarian pilihan waktu
Informasi pilihan jumlah
Evaluasi
Keputusan
Perilaku
purnabeli
Dari Gambar tersebut terlihat
bahwa perilaku konsumen dalam membeli barang/jasa dipengaruhi oleh stimuli
pemasaran, stimuli lain dan karakteristik konsumen. Dari ketiga stimuli itu kemudian
terjadi proses pembelian yang tahapannya
meliputi pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi, pengambilan keputusan dan perilaku purnabeli.
Sedangkan keputusan membeli terdiri dari pilihan produk, merk, toko, waktu dan jumlah.
3.
Howard Sneth
Model ini menunjukkan suatu proses dan variabel yang
mempengaruhi perilaku konsumen sebelum dan sesudah terjadinya pembelian. Ada
tiga variabel utama dalam model ini yaitu persepsi, belajar dan sikap. Tujuan
model ini adalah untuk menjelaskan bagaimana konsumen membandingkan dan memilih
satu produk yang sesuai dengan kebutuhannya.
4. Engle. Kollat Dan Bleckwell
Penjelasan : Komponen proses pengambilan keputusan ada
lima tahap yaitu: pengenalan masalah, penelusuran informasi, evaluasi
alternative, pilihan dan hasil (a) Pengenalan masalah terjadi bilamana konsumen
menyadari perbedaan diantara situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan.
(b) Tahap penelusuran informasi meliputi kecepatan dan keluasan dalam
menimbulkan kembali informasi yang ada dan pengalaman-pengalaman mengenai
masalah. (c) Tahap evaluasi alternative meliputi membandingkan informasi
tentang merk melalui proses penelusuran criteria evaluasi. (d) Pada bagan
ditunjukkan pula kebiasaan membeli dari kekuatan niat pembeli. Pilihan konsumen
akan menentukan outcome, apakah konsumen menjadi puas atau tidak puas sebagai
pengalaman langsung dalam menggunakan suatu merk. Hasilnya juga dapat
dissonance, tidak cocok apabila merk tidak sesuai dengan pilihannya. (e)
Beberapa pengaruh eksternal lainnya adalah norma dan nilai budaya yang berlaku.
5. Nicosia
Pengambilan keputusan konsumen dari Nicosia melibatkan
firma. Firma akan mempengaruhi perilaku konsumen, dan sebaliknya.Model ini
dibagi menjadi empat lapangan, yaitu :
·
Lapangan 1, meliputi arus berita dari firma kepada atau
penyampaian pesan, terdiri dari bagian 1 variabel- variabel dan sifat-sifat
merk dan produk, factor lingkungannya, strategi pemasaran, saingan dan iklan ,
bagian 2 merupakan atribut konsumen dan juga merupakan predisposisi untuk
terbentuknya sikap konsumen terhadap merk atau produk tertentu.
·
Lapangan 2 merupakan usaha pencarian informasi dan evaluasi
informasi yang diterima mengenai produk.
·
Lapangan 3 merupakan suatu keputusan membeli sebagai suatu
pemilihan alternatif yang diambil.
·
Lapangan 4 merupakan penyimpanan kesan mengenai pengalaman
terhadap suatu produk yang mengendap di dalam memori.
6. Andreasen
Model Andreasen
dibangun dari konsepsi-konseosi tentang formasi sikap dan perubahannya dalam
psikologi sosial. Kunci perubahan sikap ditetntukan oleh berbagai macam jenis
informasi. Model ini menjelaskan seluruh proses dari rangsangan-rangsangan
sampai dengan hasilnya yang berupa perilaku, semua itu terkandung dalam siklus
pemrosesan informasi yg terdiri empat tahap yaitu: input berupa rangsangan
(stimuli), pengamatan (perception) dan penyaringan, perubahan-perubahan sifat,
serta macam hasil yang mungkin terjadi
Titik pusat model Andreasen adalah pada
formasi sikap dan perubahan sikap. Perubahan cara pengamatan konsumen terhadap
produk perusahaan dapat dilakukan dengan mempengaruhi sikap melalui jaringan
produk dan komunikasi perusahaan.
7. Clawson
Model ini didasarkan pada
teori bentuk dan teori bidang. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh hasil konflik
psikologis dalam berbagai situasi. Konsumen individu mengumpulkan
valensi-valensi positif dan negatif dari suatu produk yang hendak dibeli.
Terjadinya pembelian merupakan hasil bahwa valensi-valensi positif yg lebihh
besar daripada valensi negatif. Nilai masing-msing valensi tersebut tidak tetap
dan tidak bebas dari pengaruh ruang individu. Kebutuhan akan suatu produk
timbul dan dipengaruhi oleh ruang hidup individu yaitu tempat, waktu,dsb
Valensi adalah pengertian
yang menggambarkan sifat dari pada lingkungan psikologis, yaitu nilai
lingkungan psikologis itu bagi seseorang. Ada dua nilai yaitu nilai positif dan
nilai negatif:
(1)
Sesuatu mempunyai nilai atau valensi positif apabila menyebabkan berkurangnya
atau hilangnya tegangan bila seseorang mendapatkan sesuatu itu, serta
menyebabkan meningkatkan tegangan jika seseorang terhambat untuk mendapatkanya.
Misalnya minuman bagi orang yang haus.
(2)
Sesuatu mempunyai nilai atau valensi negatif jika menyebabkan meningkatnya
tegangan jika seseorang mendapatkanya dan menyebabkan menurunya tegangan bila
seseorang meninggalkannya. Misalnya limbah.
Jadi valensi positif bersifat menarik
dan velensi negatif bersifat menolak.
8. Hirarki Kebutuhan Maslow
Ada lima hirarki kebutuhan
yi; fisiologis, keselamatan, cinta, penghargaan. Dan aktualisasi diri. Maslow
menekankan adanya suatu hirarkhi kebutuhan, dimana kebutuhan yang lebih tinggi
akan dipenuhi seterlah kebutuhan yang lebih rendah dipenuhi terlebih dahulu.
Hirarkhi kebutuhan menurut
Maslow adalah sebagai berikut :
1.
kebutuhan fisiologis, seperti makan, minum, perumahan, dan sebagaimnya
2.
kebutuhan akan keselamatan, yaitu perlindungan dari bahya, ancaman, dan
perampasan ataupun pemecatan dari pekerjaan.
3.
kebutuhan milik dan kecintaan, misalnya kepuasan sebagai anggota keluarga dan
kelompok, kesenangan, kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan
sebagainya.
4.
kebutuhan akan penghargaan, misalnya reputasi, prestise, kehormatan diri,
kebutuhan akan status dan kedudukan dan sebagainya.
5.
kekbutuhan akan kenyataan diri, mislanya penyelesaian pekerjaan sendiri,
pengembangan diri semaksimal mungkin, kreativitas, ekspresi diri dan
sebagainya.
Maslow menggunakan hirarkhi kebutuhan
ini sebagai dasar penelitian untuk menentukan bagaiman tingkatan kebutuhan ini
berkaitan dengan perilaku manusia. Intinya seseorang akan melakukan pembelian
untuk memenuhi suatu kebutuhannya kalau kebutuhannya yang lebih rendah telah
terpenuhi. Dengan kata lain orang tidak akan membeli produk untuk pemenuhan
kebutuahan akan keselamatan kalau kebutuahan fisiologis/kebutuhan pokoknya
terpenuhi.
9. Markov
Model Markov meneliti
perilaku pemilihan merek suatu produk. Model ini menyebutkan bahwa hanya
pemilihan merek pada pembelian terakir yang mempengaruhi pemilihan merek
pembelian sekarang.
Untuk memberi gambaran model
Markov, kita ambil contoh ada tiga merek disuatu pasar (merek A, B, dan C) dan
ketiga merek tersebut adalah merek-merek yang dibeli pada pembelian yang
terakhir. Dalam model ini diberikan gambaran perilaku pemilihan merek
sebagaimana dalam matrik berikut.
Pembelian merek pada waktu t
+ 1
A
|
B
|
C
|
|||
Pembelian merek
|
A
|
PAA
|
PAB
|
PAC
|
|
Pada waktu t
|
B
|
PBA
|
PBB
|
PBC
|
|
C
|
PCA
|
PCB
|
PCC
|
||
Pij adalah probabilitas terjadinya
peralihan merek. Dari matrik tersebut probabilitas seorang konsumen akan
membeli merek i pada kesempatan t dan probabilitas seoaran konsumen akan
memebeli merek j pada kesematan t+1 adalah sama. Ini berarti bahwa:
Σ Pij = 1 untuk = A, B, C
J=A.B.C
Probasbilitas
peralihan merek (Pij) dapat diartikan ukuran untuk mempertahankan merek
tertentu, selama Pij merupakan ukuran kemampuan merek j untuk merebut pelanggan
dari merek i.
10. Pembeli Industri
Perusahaan yang
menghasilkan barang industri perlu mengetahu bagaimana perilaku pembelian
industri. Keberhasilan kegiatan pemasaran industrial sering kali tergantung
pada masalah seberapa jauh pemasar dapat memahami proses pembelian, termasuk
didalamnya adalah :
(a) identifikasi
wewenang dalam pembelian
(b) penyusunan
kriteria keputusan
(c) penyusunan
prosedur untuk evaluasi dan pemilihan supplier
proses pembelian barang industri jauh
lebih kompleks dari pada barang konsumsi, hal ini disebabkan karena banyaknya
aktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan pembelian maupun sifat dari
barang industri itu sendiri yang biasanya secara teknis lelebihih kompleks.
Referensi
Dwiastuti,
Rini. Agustina Shinta. Riyanti Isaskar. 2012. Teori Perilaku Konsumen.
Malang. UB Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar