Teori Motivasi
Freud
Teori Motivasi Freud, Freud menganggap manusia
pada umumnya tidak sadar mengenai kekuatan
psikologis yang sebenamya membentuk perilaku mereka. Dia mefihat
seseorang tumbuh dan mendesakkan banyak permintaan. Permintaan
initidak pemah hilang dan dikendalikan secara
sempuma; dorongan itu muncul dalam mimpl, terlontar sebagai kata-kata, dalam perilaku
neurotik dan obsesif, atau akhimya
dalam psikosis.
Peneliti motivasi mengumpulkan informasi
mendalam dari contoh-contoh kecil konsumen untuk mengungkapkan motif terdalam
atas pemilihan produk mereka. Mereka menggunakan wawancara mendalam
tidak langsung dan berbagai "tekniic: proyeld:if" agar
ego seseorang terungkap - teknik-teknik seperti asosiasi kata, melengkapl kalimat,
interpretasi gambar,
dan bermain drama. Peneliti motivasi memperoleh
hasil yang menarik dan kadang-kadang merasa aneh mengenai apa yang mungkin ada dalam pikiran pembeli mengenai suatu pembelian tertentu.
Teori Motivasi
Maslow
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang
berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat
kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari
kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang
hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu
peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada
peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari
bahaya)
• Kebutuhan akan
rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki)
• Kebutuhan
akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta
pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,
memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan
keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari
potensinya). Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan
tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi
akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi
untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah
dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh
subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari
makan, perlindungan, dan rasa aman.
Teori Motivasi Herzberg
Herzberg mengembangkan teori kepuasan yang disebut
teori dua factor tentang motivasi
(Gibson, et.al, 1997 : 197). Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang
merasa tidak puas dan faktor yang membuat orang merasa puas. Menurut Herzberg
dalam Robbins (2006 : 218) dan Safaria (2004:185) factor-faktor yang
menyebabkan kepuasan kerja (motivator factor) terpisah dan berbeda dari
faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja (hygiene factor).
Kondisi- kondisi yang melingkupi pekerjaan seperti kualitas pengawasan gaji,
kondisi kerja fisik dan keamanan kerja dicirikan sebagai factor-faktor hygiene.
Teori ERG Herzberg menurut Gibson, et.al (1997 : 101)
adalah teori motivasi kepuasan yang mengatakan bahwa individu mempunyai
kebutuhan-kebutuhan akan eksistensi (E), keterkaitan (R) dan pertumbuhan- (G).
Kebutuhan eksistensi merupakan order tingkat rendah, termasuk didalamnya makan,
minum, atau seks. Kebutuhan keterkaitan merupakan kebutuhan akan kasih saying,
perhatian dan komunikasi. Kebutuhan pertumbuhan merupakan kebutuhan order
tingkat tinggi (Safaria, T., 2004:188).
Referensi
Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard,
Paul W., Perilaku Konsumen, Alih bahasa Budiyanto, Binarupa Aksara,
Jakarta, 1994
Peter, J. Paul dan
Olson, Jerry C. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Alih bahasa
Damos Sihombing, Penerbit Erlangga, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar